Sebenarnya mendidik anak hidup Islami dan membentengi mereka
dari kesesatan, tidak sulit mencarinya dalam Al-Qur’an. Prinsip-prinsip
pendidikan anak yang Islami sangat jelas disampaikan dalam kisah Luqman
al-Hakim berikut ini:
1. Aqidah Yang Kuat
(وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ
لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
(13
“Dan (ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)
Bahasan yang paling awal dididikkan kepada anak adalah
tentang keyakinan kepada Allah, Al-Ahad. Itulah pondasi pendidikan yang pertama
dan utama ditanamkan dalam pikiran anak-anak. Sembahlah Allah saja, dan jangan
menyekutukannya dengan apa atau siapa pun, di mana pun dan kapan pun!
2. Kesadaran akan pengawasan Allah ‘azza wa jalla
Pada kesempatan berikutnya, setelah iman tertanam kuat di
dada, Luqman berkata,
(يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ
تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ
خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ
أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ
فِي الْأَرْضِ يَأْتِ
بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ
لَطِيفٌ خَبِيرٌ (16
“(Luqman berkata), “Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” (QS.
Luqman: 16)
Di sini anak dididik sadar akan pengawasan dan hukum Allah.
Betapa kebaikan dan keburukan yang diperbuat akan selalu diketahui-Nya, dan
diberi balasan yang benar-benar setimpal oleh Allah ta’ala. Lathiifun, Maha
Halus pengetahuan-Nya, sehingga segala sesuatu tiada yang tersembunyi betapa
pun lembut dan halusnya. Khabiirun, Maha Mengetahui langkah-langkah semut
sekecil apa pun yang ada di kegelapan malam yang sangat pekat. (Ibnu Katsir
jilid III: 1990: 428-429).
3. Shalat, amar ma’ruf nahi mungkar, dan sabar
Aqidah yang kokoh dan kesadaran akan pengawasan Allah perlu
dibuktikan dengan perbuatan. Maka Luqman menuntun putranya kepada amal saleh
atau kebaikan yang harus dilakukan. Di ayat ke-17 Luqman menasihati putranya:
(يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ
الْأُمُورِ (17
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan
suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Luqman menghasung putranya untuk melaksanakan shalat,
berdakwah dan bersabar, sebagai tanda bakti dan bukti kesetiaan hamba kepada
Penciptanya.
4. Tidak sombong
Seseorang tidak akan mampu hidup sendiri di dunia ini. Ia
bersama triliunan makhluk Allah lainnya hidup bersama di jagat raya ini dan
saling tergantung satu dengan lainnya. Karenanya tak ada satu makhluk pun yang
patut membanggakan diri di hadapan makhluk lainnya. Inilah yang menjadi pokok
nasihat Luqman berikutnya.
(وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ
مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
(18
“Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
5. Sederhana
(وَاقْصِدْ
فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ
مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ
الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19
“Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara
keledai.” (QS.Luqman: 19)
Di bagian akhir nasihat Luqman kepada anaknya adalah
hasungan untuk bertindak-tanduk dan bertutur kata yang sopan dan sederhana.
Mengapa sikap tersebut demikian penting?
Tidak lain karena sikap sederhana menghindarkan manusia dari
iri dengki yang membawa permusuhan. Bukankah banyak permasalahan hidup yang
timbul gara-gara dipicu sikap atau tutur-kata yang berlebih-lebihan dan
menyakitkan?
Apa yang diajarkan Luqman al-Hakim kepada putranya tampak
jauh lebih sederhana dalam ukuran kita saat ini. Tetapi dalam kesederhanaan itu
terdapat makna yang dalam, yang menjadi inti kepribadian muslim. Iman, sadar,
shalat, amar makruf nahi mungkar, sabar, rendah hati, dan sederhana. Mari kita
terapkan pada diri sendiri, kita tanamkan pada jiwa anak-anak dan keluarga
tercinta, dan kita sebarkan pada lingkungan sekitar. Insya Allah negeri ini
akan menjadi lebih Islami dan diberkahi Allah Subhaanahu wa ta’aala.
(esqiel/kiblat.net/muslimahzone.com)
0 komentar :
Post a Comment