Peristiwa melesat dan meledaknya meteor di Rusia merupakan peringatan dari Tuhan untuk kesekian kalinya kepada kita karena sebelum ini telah banyak peristiwa alam yang terjadi di luar perkiraan dan jangkauan akal kit. Masih terbayang di mata kita tayangan di televisi betapa dahsyatnya peristiwa Tsunami Aceh yang menjangkau Thailand, India dan Afrika dengan korban tewas ratusan ribu orang. Peristiwa meletusnya Gunung Merapi beberapa waktu yang lalu juga membuat kita tercekam. Bahkan penjaga pintu Merapi pun, seorang Mbah Marijan yang sedang sujud tak lepas dari keganasan wedhus gembel. Lalu ada peristiwa bencana alam di Mentawai, gempa bumi di Padang yang juga menyontak bathin kita. Dan anehnya lagi, lumpur Sidoarjo hingga kini tak jua berhenti menyembur dari perut bumi. Entah sampai kapan.
Dari pandangan ilmiah dengan ratusan analisa yang dikemukakan para ahli, sah-sah saja semua itu dikatakan sebagai peristiwa alam akibat adanya pergeseran, gesekan, retakan, endapan dan sebagainya dan sebagainya. Namun dari sudut pandang keimanan, utamanya kita sebagai bangsa yang beragama, semua itu merupakan peringatan dari Tuhan kepada kita.
Peristiwa-peristiwa alam itu menunjukkan kepada kita betapa lemahnya kita sebagai manusia dan betapa kuasanya Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam. Jika Tuhan berkehendak peristiwa apa saja bisa terjadi dan berasal dari manapun. Ada dari dasar laut yang dalam, ada dari gunung yang tinggi, ada dari perut bumi, dan yang teranyar sekarang ini dari angkasa yang sangat luas. Semua bisa terjadi. Tak satu pun dari peristiwa itu yang bisa kita cegah untuk tidak datang, untuk tidak terjadi. Paling batas kemampuan kita hanya bisa memprediksi hal itu bakal datang dan melakukan antisipasi agar akibat yang ditimbulkannya bisa ditekan sekecil mungkin.
Peristiwa meledaknya meteor di Rusia dapat dikatakan adalah peringatan dari Tuhan untuk kesekian kalinya kepada kita umat manusia sebagai khalipah di bumi untuk bersungguh-sungguh berbuat amar ma’ruf nahi mungkar.
Manis sekali rasanya petikan syair lagu Ebiet G. Ade yang pernah populer beberapa tahun yang lalu… mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang… Namun saya ingin mengubah baris terakhir syair lagu itu menjadi… mari kita bertanya pada hati nurani kita…**
0 komentar :
Post a Comment